IDENTITAS PENGGURON CARUBAN KRAPYAK KAPRABONAN CIREBON
A.Sejarah
Perguruan Islamiyah mempunyai tiga corak:
1. Pengguron
2. Pesantren
3. Madrasah (Universitas Islam adalah kelanjutan dari madrasah).
a. Guru Pengguron
Guru-guru pengguron disebut Syaikhuna ( Rama guru ), siswa-siswanya pria dan wanita berumur sejak akhil baligh hingga dekat habis umur dan disebut putra murid. Mereka tidak mondok hanya sewaktu-waktu datang dipengguronnya menginap sehari dua hari untuk menerima wejangan-wejangan agama Islam dan pergaulan hidup yang baik dengan sesama hidup (waktu-waktu yang tertentu adalah Syawal dan Maulud) loyal kepada pemerintahan yang sah, dan pula menjauhi atheis.
Untuk menopang kami berorganisasi, kami telah mendirikan Yayasan Pengguron Caruban Krapyak Kaprabonan Cirebon pada tanggal 5 Maret 1998.
b. Guru Pesantren
Guru-guru pesantren disebut kyai, siswa-siswanya pria dan wanita disebut santri dan mondok seperlunya dipesantrennya.
c. Guru Madrasah
Guru-guru madrasah disebut ustadz, siswa-siswanya disebut murid. Mereka belajar dikelas-kelas sambil duduk dibangku menghadapi papan tulis.
Adapun Pengguron Caruban Krapyak Kaprabonan Cirebon telah berhistorisreach / mempunyai hak sejarah ± 600 tahun. Perkembangannya adalah dimulai sejak Pengguron Gunung Djati dipuncak Gunung Djati Cirebon pada tahun 1389 M. Rama gurunya berasal dari Makkah bernama Syaikh Nurjati. Kemudian diteruskan oleh Pangeran Cakrabuana di pengguron Pesambangan dipuncak Gunung Sembung Cirebon, yang sekarang menjadi tanah pemakaman Astana Agung Gunung Djati. Makam yang sekarang berada dipuncak gunung djati adalah dari seorang murid Syaikh Nurjati yang bernama Syaikh Datuk Khafid seorang adik dari Pangeran Panjunan, (Syaikh Nurjati tidak diceritakan lebih lanjut, kemungkinan pulang ke Makah). Kemudian diteruskan oleh Sunan Gunung Djati Syaikh Syarif Hidayatullah di Keraton Pakungwati Cirebon yang sekarang jadi Dalem Agung disebelah timur Keraton Kasepuhan Cirebon hingga Panembahan Ratu dan Panembahan Girilaya, dan penerus-penerus Sunan Gunung Djati.
Adapun rumah Pangeran Cakrabuana yang tetap adalah Witana yang sekarang jadi Keraton Kanoman Cirebon kemudian diteruskan oleh Sultan Syamsudin Kasepuhan dan Sultan Muhammad Badriddin Kanoman. Kemudian Pengguron Caruban aktifitasnya diteruskan oleh seorang putera sulung Sultan Muhammad Badriddin Kanoman, ialah Syaikhuna/Rama Guru Pangeran Raja Adipati Kaprabon berpengguron di Kaprabonan secara turun temurun hingga sekarang.
Pengguron Caruban Krapyak Kaprabonan Cirebon tergolong dalam ahlus sunnah wal jama’ah, jadi bukan aliran kebatinan/kepercayaan. Beramaliyah diatas landasan Al-Qur’an dan sunnah Rasul dan dalam ruang lingkup rukun Islam lima dan rukun iman enam dan “Imtitsalul awamir wa ijtinabu nawahi” dan mematuhi perintah – perintah dan menjauhi larangan – larangan syari’at Rasul menuju kepada Mardhotilah / kebahagian lahir batin, dunia ukhrowi ialah mempunyai pandum didunia dan pandum diakherat. SK samawinya dalam Al – Qur’an surat Al-Baqarah ayat 201.
Artinya : “Ya Ilahi kita, berilah kita keenakan hidup di dunia dan keenakan hidup di akherat dan hindarkanlah kita dari siksa api neraka’’.
Disamping itu ahli Pengguron Caruban Krapyak Kaprabonan Cirebon mengamalkan tarekat syatariah untuk menuju kepada pembangunan manusia seutuhnya, ialah derajat insan kamil/manusia sempurna. Tarekat Syatariah adalah ilmu ketauhidan. Tarekat syatariah adalah sebuah nama tarekat atas balasan Ilahi kepada muslimin dan muslimat yang membaca surat al – fatihah 17 kali sehari semalam dalam sholat lima waktu. Dalam surat al–fatihah ada ayat – ayat yang demikian,
Artinya : “Tunjukilah kita kepada jalan yang lurus, jalannya mereka yang Tuhan telah berinikmat atas mereka, bukan jalannya mereka yang dimurkai dan yang sesat”.
Jalan yang lurus adalah bermakna lurus kepada mardotillah/sorga duniawi dan ukhrowi, ialah seperti yang dicapai oleh Nabi, Wali dan mukmin, dan terhindar dari jalan yang dimurkai atau yang sesat dan yang menyesatkan. Sedang tarekat syatariah adalah bermakna jalan yang mengarah kepada mardotillah/ridho Allah meraih sorga duniawi dan ukhrowi, jadi hanya beda bahasa saja, tapi maknanya sama.